Wednesday, September 17, 2008

Jawa Tengah...

Berkesempatan berkunjung ke Jawa Tengah akhir tahun lalu merupakan pengalaman berkesan buat saya. Maklumlah, sudah lebih dari 20 tahun hidup di Indonesia, tapi hanya di Jakarta atau Bandung aja, itupun sesekali saja. Mo bagi2 dikit ah apa yang saya lihat.

Nasi Tumpenggg, ini bener2 khas Jateng deh. Isinya tuh selain nasi putih/kuning yang dibentuk kerucut, ada rempeyek, gudeg, mendoan, ayam, tempeh pedes macam2 deh. Waktu itu saya makin nasi tumpeng pas lagi selamatan rumah baru teman saya. Yang memimpin acara nya itu ketua satpam di kompleks perumahannya. Beberapa tetangga juga hadir di acara ini. Yep, budaya silahturami masih kental disini. Acara ini diadakan di Purwokerto, Jateng.

Seriously, nanas Purwokerto itu manis abis. Bukan hanya kulit nya yang lunak dan gampang dikupas, daging buahnya juga ranum dan juicy banget. Waktu itu kami sempat memborong nanas si bapak yang lagi duduk jaga nanas2 panenannya. Si bapak penjual manen nanas, kita kebagian juga deh. Terima kasih banyak, Pak, laen kali kami mampir lagi.

Kalo sudah omongin makanan, susah untuk berhenti. Apalagi, kalo belum masuk ke makanan khas daerah tersebut. Raja soto lama, gudeg, martabak manis "bandung", telor, jagung bakar, dan roti bakar memenuhi hasrat lidah sewaktu saya menghabiskan hari2 di Purwokerto. Engga ketinggalan jugaaa, masakan Warung Djawa yang khas dengan macem2 sayur ala Djawa. Maaf, engga gitu inget nama2 nya nih. Yang pasti ada pete. Ini saya bagi foto2 nya aja deh. Yum... yum... Oops, coba baca tulisan menarik yang dipasang di dinding kayu kamar kecil warung nya deh =p.



Hayo, bagi pembaca yang lagi nunggu waktu makan pagi, siang, atau malam, silakan ambil cemilan untuk menahan liur yang udah diujung tuh =). Ya, sebelum saya cerita lebih banyak lagi Yogya yang tentu lebih bervariasi jenis makanannya, saya mau cerita tentang keindahan kota (atau desa) Purwokerto dan sekitarnya dulu.


Salah satu tempat pariwisata terkenal di daerah situ, Baturaden dan pancuran tujuh nya. Berkendara mobil kira2 setengah jam an dari Purwokerto, kita masuk ke hutan (ga jelas jenis kayunya), yang pasti rindang sekali. Kita parkir dekat situ, dan melewati jalan setapak naek turun. Engga seperti tempat pariwisata yang pernah saya kunjungi, tempat ini terlihat bersih sekali dan pedagang kaki lima dikanan kiri juga lebih teratur. Yak, itu deh gambar pancuran tujuhnya. Alami loh. Dan, tidak masuk didalam foto, di sisi kanan pancuran tujuh itu sebenernya ada satu pohon kecil mirip bonsai gitu. Dipercaya pohon itu sebagai penjaga pancuran itu. Yak, terbukti sih, air nya masih terus mengalir dan bubuk belerangnya dipercaya bisa meng-ayu-kan kulit kalo di oleskan ke kulit. Yak, buat para kaum hawa, bisa dicoba nih.

Dari Baturaden, Jateng, kita ke Purbalingga, Jateng. Owabong, salah satu tempat main air disini yang mayan asik. Terlihat tempatnya seperti kolam renang dengan seluncuran yang biasa2 aja. Tapi coba lihat pohon beringin besar dibelakangnya. Dibawah pohon beringin ini ada sumber mata air abadi. Mata air ini engga hanya beri kehidupan ke pohon beringin yang umurnya udah ratusan tahun, tapi juga menghidupi masyarakat disitu. Ditempat itu, moment2 keluarga biasanya terlihat. Nginep semalam atau dua di salah satu cottage nya yg harganya terjangkau, orang tua bisa istirahat sejenak dari pekerjaan rutin nya, dan anak2 bisa main2 air.

Owabong ini salah satu hasil pemikiran bupati disitu, Bupati Triono. Bapak Triono ini orangnya menarik, dia memikirkan rakyat nya. Dari tahun ke tahun penghidupan rakyatnya meningkat. Owabong ini contohnya, diantara pilihan bentuk entertainment site seperti trend mall2 yang ada dikebanyakkan kota besar, dia punya pemikiran kalo tempat hiburan selain menjadi sumber pemasukkan, perlu juga mendidik. Maka dibuatlah Owabong. Contoh pemikiran lainnya, dengan promosi nya yang gencar tentang kabupatennya yang kondusif untuk dijadikan daerah investasi, lantas aja investor pada berdatangan. Tapi, eits... sebelum investor2 itu masuk, dia menyaring mereka dengan beberapa kriteria, diantaranya: bentuk investasi itu perlu bisa menampung tenaga kerja yang banyak, dan ada program untuk mendidik tenaga kerjanya. Jadi lucu juga, kabupaten nya boleh dibilang desa, tapi orang2 disitu udah kenal ama yang namanya tepat waktu, organisasi, hubungan pekerja dan supervisor nya.

Haiz, ya gitu deh... sekarang mari kita ke Yogyakarta. Nyetir 3 jam an dari Purwokerto ke Yogya engga kerasa karena ditemani sawah2 yang hijau. Engga ketinggalan juga pemandangan yang terlihat baru, SPBU Pertamina yang keren2 dan sepertinya ada setiap 10 kilometer. Yoi, disetiap komplek nya, selain berjejer 6 buah pompa, sekarang ada supermarket kecil, juga mushola lengkap dengan tempat wudu yang berderet.

Di Yogya, banyak sekali yang bisa dilihat dan disantap. Menginap di Wisma UGM merupakan pilihan paling pas, kemana2 dekat. Keraton, Malioboro, museum Affandi, rumah makan2. Yoi, kalo pembaca sempat berkunjung ke kota yang canggih sewer systemnya ini, mesti pergi ke satu restoran Iga bakar sih. Uenak rek. Engga ketinggalan pula komunitas pengrajin disini. Mulai dari batik, perak, sampai sutera, tempat ini terkenal jadi pusat belanja kerajinan2 ini.

Belom terasa perjalanannya kalo lom sempet pergi ke salah satu candi besar di Yogya. Ada dua pilihan, candi Prambanan atau Borobudur. Kami pilih Borobudur. Borobudur yang dulunya termasuk 7 keajaiban dunia, sekarang ini kondisinya memprihatinkan. Banyak yang rusak dan hilang beberapa bagiannya, paling banyak kepala patung Buddha nya. Orang dulu percaya kalo didalam kepala patung Buddha itu ada emas. Yah, jadi banyak yang hilang deh kepalanya. Beberapa perbaikan juga direncanakan dikedepan nanti. Kebanyakkan rencana ini bakal dilakukan pihak luar, salah satunya UNESCO. Entah, apa karena hilang kepercayaan ama departemen kebudayaan Indo atau lainnya, saya kurang tahu.



Sekian saja catatan perjalanan yang saya lakukan sembilan bulan lalu. Where to go next? =)


1 comments:

Handitan said...

Kayaknya orang Jakarta emang mangkalnya yah daerah2 seputar Jakarta tok. Jarang sekali mendengar orang2 yang jalan2 sampai ke luar seperti ini. Mungkin acara pergi2 ke daerah perlu digalakkan di sekolah2 Indo nih.
Hmmm..nanasnya kelihatannya enak banget. Sayang loe gak ada foto rambutan :)